Kamis, 27 Maret 2025

6 Kisah Mudik Paling Mengerikan dalam Sejarah RI, Seperti Neraka!

 


BERITASIARAN - WWW.BET-888.ORG Musim mudik sudah dimulai. Tradisi mudik merupakan fenomena yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Istilah mudik diartikan sebagai bepergian jarak jauh bagi orang perantauan yang ingin kembali ke kampung halaman.

Mudik pun seakan menjadi tradisi wajib setiap setahun sekali, meski istilah mudik sekarang tak hanya sebatas pada menjelang Idul Fitri, tetapi juga bisa terjadi di libur-libur besar lainnya seperti Natal dan Tahun Baru.

Namun, mudik sudah melekat cukup kental di masyarakat sebagai tradisi yang wajib dilakukan menjelang Hari Raya, sehingga momentum mudik selain waktu tersebut tidak terlalu besar.

Meski begitu, setiap tahunnya, banyak cerita yang cukup memilukan saat mudik berlangsung, mulai dari kemacetan yang luar biasa, angka kecelakaan yang cukup tinggi, dan cerita memilukan lainnya.

Alhasil, jangan sampai momen tersebut rusak karena macet berkepanjangan khususnya pada Mudik Lebaran 2025 ini.

Seperti pada tahun sebelum-sebelumnya, titik kemacetan kerap terjadi di beberapa tempat yakni Tol Cikampek hingga Tol Cipali, sehingga dalam beberapa tahun terakhir, kedua ruas tol tersebut kerap memberlakukan contra flow (Tol Cikampek) dan one way (Tol Cipali).

Kemacetan juga kerap terjadi di jalur penyebaran di Pelabuhan Merak.

Terlepas dari momok macet parah yang pasti terjadi di mudik tiap tahunnya, sebenarnya ada kejadian memilukan yang pernah terjadi dan hingga kini masih menjadi tragedi mudik paling parah.

Berikut beberapa cerita mudik "horor" yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Brexit (Gerbang Tol Brebes Timur, Juli 2016).

Masa mudik Lebaran 2016 pernah melahirkan tragedi yang amat memilukan, yakni tragedi Brexit, di mana kejadian ini terjadi di gerbang tol Brebes Timur, yang merupakan bagian dari Tol Pejagan-Pemalang.

Sebutan Brexit sendiri sejatinya merupakan istilah bagi negara Inggris yang ingin melepas dari Eropa, alias kepanjangan dari British Exit.

Tetapi, fenomena Brexit yang sebenarnya cukup dekat dengan tragedi mudik paling memilukan di Indonesia tersebut, sehingga banyak orang yang kemudian memberikan istilah tragedi tersebut menjadi Brexit.

Pada 3-5 Juli merupakan puncak arus mudik di tahun 2016. Ada jutaan orang dari daerah Jabodetabek yang pergi ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Beruntung pemerintah saat itu menyediakan tol baru, yakni Tol Pejagan-Pemalang. Tol ini adalah rangkaian tol yang membentang dari daerah Palimanan dan khusus dibangun untuk mengurai kemacetan jalur Pantura. Namun saat itu, tol tersebut baru dibuka setengahnya, yakni Pejagan-Brebes Timur.

Sebagaimana namanya, jalan tol diprediksi akan bebas hambatan, sehingga menarik animo masyarakat khususnya kendaraan roda empat untuk melintasi tol. Alhasil, di tanggal tersebut jalan tol terpantau ramai.

Hingga akhirnya, 'bencana' pun tiba. Di ujung jalan tol yang belum tersambung itu hanya ada satu pintu tol, yakni Brebes Timur atau biasa disingkat Brexit.

Jadi, semua kendaraan menumpuk di sana. Parahnya lagi, tak lama setelah pintu tol ada persimpangan yang mempertempukan arus kendaraan yang datang dari arah Cirebon lewat Pantura.

Alhasil, pertemuan dua arus itu menimbulkan kemacetan hebat. Jalan tak bisa menampung volume kendaraan.

Mengutip DetikX, panjang kemacetan di jalur Pantura lebih dari 20 km. Sedangkan kemacetan yang terjadi di jalan tol terbentang sepanjang 25 km, yang mengular mulai dari Gerbang Tol Brebes Timur hingga kawasan Kanci, Cirebon.

Selain karena pertemuan dua arus itu, faktor lain yang membuat kemacetan parah di Brexit. Ini adalah pihak kepolisian gagal mengantisipasi lonjakan volume kendaraan yang datang secara serentak pada arus mudik 2016.

Apalagi, gerbang tol Brebes Timur sendiri bukan untuk didesain sebagai gerbang tol besar, melainkan gerbang tol kecil.

Alhasil, sepanjang jalur kemacetan itu banyak pengendara yang lelah. Mobil-mobil pun banyak yang mogok.

Tercatat ada 17 orang tewas dalam kemacetan ini dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit. Penyebab korban meninggal dunia bermacam-macam, mulai akibat serangan jantung, keracunan karbon dioksida, hingga kelelahan.

Setelah dua hari dua malam, kemacetan akhirnya terurai juga. Ini usai petugas kepolisian memberlakukan one way di Pantura.

Hingga kini, tragedi Brexit masih menjadi tragedi yang sangat memilukan di Indonesia. Namun sebelum tragedi Brexit, sejatinya masih banyak kasus 'mudik neraka'.

Adapun jauh sebelum ada Tol Cipali dan tentunya sebelum kasus 'mudik neraka' Brexit, ada beberapa kasus 'mudik neraka' yang juga selalu menghantui para pemudik dari Jabodetabek ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berikut daftarnya.

2. Kemacetan parah akibat Amblesnya Jembatan Comal dan Jembatan Cihaurbeuti (Juli 2014).

Arus mudik Lebaran 2014 juga bisa dikatakan sebagai ujian bagi para pemudik di Pulau Jawa, terutama yang melewati jalur Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan (Pansela).

Pada arus mudik 2014, Jembatan Comal yang berada di Kabupaten Pemalang ambruk karena tergerus akibat banjir yang melanda Sungai Comal pada Februari 2014.

Banjir tersebut menyebabkan pancang jembatan sisi barat alami kemiringan. Selain itu, ambruknya juga diakibatkan oleh beban tonase perlintasan yang meningkat tajam.

Akibat ambruknya Jembatan Comal, pihak Polres Pemalang melakukan pengalihan ke jalur alternatif saat itu. Bahkan para pemudik dari barat ke timur yang ingin melewati Pantura saat itu diupayakan melalui jalur selatan atau jalur tengah.

Meski begitu, nyatanya ambruknya Jembatan Comal membuat kemacetan tak terhindarkan. Terpantau pada 20 Juli 2014, kemacetan total terjadi di ruas jalur utama Pantai Utara Jawa pasca amblas dan ditutupnya Jembatan Comal.

Ratusan kendaraan pun terjebak kemacetan parah. Bahkan, ambruknya Jembatan Comal saat itu berdampak kepada tingkat kemacetan mudik di jalur Pansela, karena banyak orang yang menghindari jalur Pantura saat itu.

Belum selesainya jembatan Comal yang ambruk, di lintas Pansela, yakni di Kabupaten Ciamis, sebuah jembatan juga ambles karena tergerus aliran sungai. Jembatan tersebut berada di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis atau lintas selatan Kabupaten Tasikmalaya atau sebelum memasuki kota Ciamis.

Amblesnya jembatan di Kecamatan Cihaurbeuti itu membuat lintas selatan yang sebelumnya macet akibat banyak orang yang menghindari jalur Pantura akibat ambruknya Jembatan Comal pun semakin parah.

Bahkan, banyak kendaraan yang dialihkan melewati jalur alternatif dengan jalan desa yang tergolong sempit.

Kepolisian Daerah Jabar membuka dua jalur alternatif Pamoyanan dan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya untuk menghindari jembatan di jalan nasional kawasan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jabar, yang ambruk

Pengalihan itu dilakukan untuk menghindari penumpukan kendaraan pemudik di jalur selatan Jawa Barat tepatnya kawasan Kabupaten Tasikmalaya. Akibat peralihan ini, kondisi lalu lintas di kota Tasikmalaya pun sangat padat.

3. Kemacetan Parah di Simpang Jomin, Cikampek

Jauh sebelum ada Tol Cipali, orang-orang yang ingin melakukan mudik melewati Pantura bagi kendaraan roda empat atau lebih pasti akan melewati Simpang Jomin.

Simpang Jomin merupakan simpul di ujung Jalan Tol Cikampek dan merupakan simpul satu-satunya bagi kendaraan roda empat atau lebih yang ingin melewati jalur Pantura dari tol Cikampek. Sehingga mau tidak mau kendaraan dari Tol Cikampek harus melewati simpang ini.

Namun, karena banyaknya persimpangan dan bertemu arus dari arteri Karawang Timur, maka seringkali kemacetan parah terjadi disini. Bahkan, kemacetan yang terjadi di Simpang Jomin terkadang mengular ke Tol Cikampek sejak simpang susun Cipularang atau Dawuan Karawang.

Banyak pemudik yang terjebak di Simpang Jomin hingga seharian karena saat itu tidak ada jalur lain selain melewati alternatif.

Bahkan, dalam sebuah mudik, lalu lintas Karawang Timur hingga Simpang Jomin yang jaraknya hanya 27 km ditempuh dalam 9 jam. Padahal, pada hari-hari biasa, Karawang Timur-Simpang Jomin dapat ditempuh dalam 30 menit saja.

Akibatnya, pemudik banyak yang menghindari keluar gerbang Tol Cikampek, mereka memilih keluar gerbang Tol Dawuan dan gerbang Tol Karawang Timur. Ada pula pemudik yang menggunakan pribadi dan bus keluar dari gerbang Tol Karawang Barat.

Pemudik yang keluar gerbang Tol Dawuan tidak bisa langsung masuk ke jalur menuju simpang Jomin. Tetapi terlebih dahulu harus melintasi jalan arteri Karawang dan memutar arah di Bundaran Pertamina Dawuan.

Di titik putaran arah itu, terjadi pertemuan arus antara kendaraan yang memutar arah dengan kendaraan pemudik yang melintasi jalan arteri Karawang menuju jalur Pantura keluar gerbang Tol Karawang Timur.

Atas kondisi itu, terjadi kemacetan panjang menuju jalur Pantura melintasi simpang Jomin. Akibat kemacetan parah tersebut, banyak pemudik yang sampai mematikan mesin mobilnya saat itu. Bahkan, banyak pula pemudik yang sampai keluar mobil, sambil menunggu normalnya arus lalu lintas.

4. Kemacetan Parah di Cagak Nagreg

Masyarakat Jawa Barat pasti sudah tidak asing lagi dengan kawasan Jalur Nagreg di Kabupaten Bandung. Jalan lintas yang berbatasan dengan wilayah Garut itu selalu dipastikan ramai setiap momen mudik Lebaran.

Sebelum adanya Lingkar Nagreg, kemacetan parah juga kerap terjadi di kawasan Nagreg. Bahkan, kemacetan panjang juga mengular hingga Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Hal ini karena sebelum adanya Lingkar Nagreg, arus lalu lintas tergabung menjadi satu dan secara bersamaan melewati tanjakan atau turunan Cagak Nagreg. Belum lagi, kendaraan juga pasti melewati perlintasan sebidang Nagreg.

Kendaraan dari arah timur menuju barat harus melewati tanjakan yang cukup terjal dan seringkali kendaraan mengalami mogok. Sebaliknya, kendaraan dari barat menuju timur harus melewati turunan yang tajam ketika melewati Cagak Nagreg.

Alhasil, kemacetan pun tak terhindarkan karena pertemuan arus. Ditambah, adanya perlintasan kereta api juga turut memperparah kemacetan Nagreg saat itu.

Namun, setelah adanya Lingkar Nagreg, pemisahaan arus lalu lintas pun terjadi, di mana kendaraan dari barat ke timur akan tetap melewati Cagak Nagreg, sedangkan kendaraan sebaliknya diarahkan ke Lingkar Nagreg.

Meski sudah terpisah, tetapi nyatanya tak jarang kemacetan Nagreg masih terjadi. Hal ini karena kendaraan dari barat masih akan melintasi perlintasan Nagreg, sehingga simpul kemacetan masih akan ada selama perlintasan sebidang tersebut masih ada.

Tetapi untuk kendaraan dari timur, kini tak lagi mengalami kemacetan karena tidak bertemu lagi dengan arus kendaraan dari barat.

5. Kemacetan Parah Tol Cipularang (2022)

Tahun 2022 merupakan tahun pertama diperbolehkannya kembali mudik setelah dilarang karena adanya Pandemi Covid-19. Sehingga kala itu, menjadi Lebaran yang berbeda.

Jadi, tidak heran bila kemudian jalanan dipadati dengan kendaraan para perantau yang hendak kembali ke kampung halaman masing-masing.

Karena itu, jumlah pemudik bertambah signifikan. Hal ini wajar karena masyarakat sebelumnya dilarang untuk mudik, sehingga ketika pemerintah mengizinkan kembali, maka masyarakat dapat melepas rindu kepada sanak saudara setelah selama dua tahun harus bertahan di daerah perantauan.

Alhasil akibat kenaikan pemudik yang sangat pesat tersebut, arus lalu lintas di kawasan tol Cikampek, Cipularang, hingga Cipali pun sangat padat.

Bahkan, volume kendaraan pada puncak mudik tahun lalu disebut mencatatkan rekor terbaru di Indonesia. Oleh karenanya, tidak heran juga jika kemacetan panjang ditemui di banyak titik.

Untuk mengurai kemacetan parah di Tol Cikampek, polisi lalu lintas setempat memberlakukan kebijakan one way dari KM 47 tol Cikampek hingga Gerbang Tol Kalikangkung di Semarang.

Namun, kebijakan one way ini berdampak kepada pemudik dari Bandung ke Jabodetabek melewati Tol Cipularang.

Kondisi arus kendaraan di sekitar Tol Cipularang, Purwakarta, dilaporkan macet total sepanjang 5 kilometer sejak 29 April dini hari. Kemacetan ini karena kendaraan menunggu untuk dibukanya kembali jalur dari Gerbang Tol Kalihurip Utama ke Tol Cikampek.

Arus lalu lintas di Tol Cipularang dari arah Bandung menuju Jakarta lumpuh total. Kendaraan berhenti dan tidak bergerak sama sekali mulai dari pintu masuk Tol Kalihurip Utama sampai beberapa kilometer ke belakang.

Kemacetan terjadi dari KM 100 sampai KM 81 hingga mengarah ke Gerbang Tol Sadang menuju arah Jakarta. Kemacetan ini membuat orang-orang yang terjebak geram hingga memblokir jalur arah Bandung Tol Cipularang.

Bahkan, kemacetan Cipularang tahun lalu juga sempat viral lantaran banyak orang yang terjebak macet melakukan kegiatan lain untuk melepas rasa bosan.

6. Kemacetan Parah Pelabuhan Merak (2022)

Tak hanya di Tol Cipularang saja, kemacetan parah juga terjadi di Pelabuhan Merah pada arus mudik Lebaran tahun lalu.

Lalu lintas menuju Pelabuhan Merak pernah dikenang dalam satu momen kemacetan horor. Hal itu dialami para pemudik di musim angkutan lebaran 2022.

Kemacetan horor terjadi mencapai puncaknya pada H-2 lebaran, Sabtu, 30 April 2022. Macet sepanjang 10 kilometer terjadi di Jalan Cikuasa Atas, Kota Cilegon, Banten. Sedangkan ruas jalan tol Tangerang-Merak dipadati kendaraan sepanjang 9 kilometer.

Macet dipicu penutupan pelabuhan selama enam jam lantaran cuaca buruk. Kala itu banyak pemudik pingsan di dalam mobil karena lemas, dehidrasi berat, hingga muntah-muntah lantaran terlalu lama mengantre.

Puluhan ribu pemudik yang menggunakan sepeda motor turut mengalami kemacetan parah meski melewati jalan khusus. Cuaca buruk atau hujan menambah kesan horror mudik 2022 bagi pemotor. Tidak ada fasilitas tenda yang disiapkan mengantisipasi skenario buruk tersebut.

Bahkan, macet horor di Pelabuhan Merak tersebut menjadi catatan tersendiri Presiden Jokowi pada tahun lalu.

Alhasil, agar tidak terulang lagi kejadian yang sama pada arus mudik Lebaran 2023, pemerintah melakukan tindak pencegahan dengan memecah arus kendaraan yang ingin menyeberangi Pelabuhan Merak.

Untuk kendaraan roda empat atau lebih, penyeberangan tetap dilakukan di Pelabuhan Merak. Sedangkan untuk kendaraan roda dua, dialihkan menuju Pelabuhan Ciwandan di Cilegon, Banten.

Langkah pemerintah yang memisahkan pelabuhan penyeberangan Jawa-Sumatra antara kendaraan roda empat lebih dan roda dua pun dinilai berhasil pada arus mudik dan arus balik Lebaran Idul Fitri 1444 H atau 2023. Saat itu, penumpukan di Pelabuhan Merak dan Bakauheni hampir tidak terjadi.

Alhasil, langkah yang cenderung berhasil dilakukan pada lebaran tahun lalu kemudian akan diterapkan kembali oleh pemerintah pada lebaran tahun ini. Diharapkan, langkah ini juga akan memecah kemacetan yang kerap terjadi sebelum 2023 di Pelabuhan Merak.




Narasumber https://beritasiaran.blogspot.com/

https://www.atom.bio/bet888play

https://www.hopp.bio/bet888daftar

https://biolink.com.vn/bet888pro

Harga Minyak Makin Mendidih, Trump Jadi Penyebab Utama

 


BERITASIARAN - WWW.SLOT1000K.COM Harga minyak mentah dunia kembali menguat di tengah kekhawatiran mengenai perang tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump serta kebijakan perdagangan Amerika Serikat terhadap negara pengimpor minyak dari Venezuela dan Iran.

Pada perdagangan Kamis (27/3/2025), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup menguat 0,32% ke US$74,03 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,49 % ke US$69,92 per barel. Kenaikan ini menandai tren positif yang berlangsung sejak pekan lalu seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar energi global.

Harga penutupan kemarin adalah yang tertinggi sejak 24 Februari atau lebih dari sebulan lalu. Harga minyak menguat dalam tujuh hari beruntun dengan penguatan mencapai hampir 5%.

Harga minyak masih menguat pada hari ini. Pada Jumat (28/3/2025) pukul 08.32 WIB, harga minyak Brent ada di US$ 74,13 per barel atau menguat 0,14% sementara harga WTI menajak 0,16% ke US$ 70,03 per barel.

Harga minyak naik karena para pelaku pasar menilai ada dampak dari pasokan minyak mentah yang semakin ketat serta tarif baru yang diumumkan oleh AS terhadap perekonomian global.

Para pelaku pasar mempertimbangkan risiko meningkatnya perang dagang. Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya pada Rabu untuk menerapkan tarif 25% pada mobil dan truk ringan impor mulai minggu depan, sementara tarif untuk suku cadang otomotif akan mulai berlaku pada 3 Mei.

"Kekhawatiran terbesar bagi minyak saat ini adalah tarif, dan tarif dapat memperlambat permintaan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, kepada Reuters.

Pada Selasa pekan ini, Trump juga memberlakukan tarif 25% pada pembeli potensial minyak mentah Venezuela.

Reliance Industries dari India, yang mengoperasikan kompleks penyulingan terbesar di dunia, akan menghentikan impor minyak Venezuela setelah pengumuman tarif tersebut, menurut sumber pada Rabu.

Data persediaan minyak mentah AS pada Rabu menunjukkan bahwa stok minyak AS turun 3,3 juta barel minggu lalu, jauh lebih besar dari perkiraan yang hanya 956.000 barel.



Narasumber https://beritasiaran.blogspot.com/

heylink.me/slot1000k

https://allmy.bio/www.slot1000k.com

https://linktr.ee/slot1000k

La Nina Selesai, Warga RI Siaga Menghadapi Puncak Kemarau

 


BERITASIARAN - WWW.SLOT-500.ORG Anomali iklim La Nina dinyatakan berakhir di RI. Hal ini diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merujuk pertengahan bulan Maret 2025.

Disebutkan bahwa hasil monitoring indeks IOD dan ENSO, Dasarian I Maret 2025 menunjukkan IOD berada pada kategori Netral dengan indeks-0.31. Fase IOD Netral diprediksi akan bertahan hingga semester kedua tahun 2025.

Sementara itu, anomali SST di Nino 3.4 menunjukkan indeks sebesar 0.30. Kondisi ini mengindikasikan ENSO Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga semester kedua tahun 2025.

"La Nina telah berakhir. Artinya, musim kemarau akan normal. Semoga cuaca kondusif," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Lalu, dengan demikian, apakah musim kemarau akan masuk ke RI? Kapan dimulai?

Dwikorita mengatakan, musim kemarau di Indonesia akan dimulai secara bertahap mulai Maret ini hingga April mendatang. Beberapa wilayah di Indonesia akan terdampak.

"Awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin monsun Asia atau angin daratan beralih menjadi angin monsun Australia yang aktif," ujar Dwikorita.

Pada April mendatang, wilayah seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur akan memasuki kemarau. Pada Mei kemarau mulai meluas, mencakup sebagian kecil Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan.

Dwikorita mengimbau di sektor pertanian, dapat, menyesuaikan jadwal tanam di wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih awal maupun lebih lambat. Mulai dari memilih varietas tahan kekeringan, serta mengoptimalkan pengelolaan air di daerah dengan musim kemarau lebih kering dari normal.

Sementara itu, wilayah yang berpotensi mengalami musim kemarau lebih basah dapat memanfaatkannya dengan memperluas lahan sawah untuk meningkatkan produksi pertanian.Untuk sektor kebencanaan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah rawan yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan curah hujan Normal atau Bawah Normal.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebut musim kemarau tahun ini dengan kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut dari ENSO dan IOD. Namun demikian, bukan berarti tidak ada hujan karena ada beberapa wilayah Indonesia yang memiliki sifat musim kemarau di atas normal yang memungkinkan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.

"Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024," kata Ardhasena.



Narasumber https://beritasiaran.blogspot.com/

https://heylink.me/Slot-500jackpot

https://allmy.bio/slot-500.com

https://linktr.ee/Slot500maxwin